
JAKARTA, Bitcoin kembali mencuri perhatian pasar global setelah arus modal masuk dan sentimen investor menguat dalam sepekan terakhir. Sejumlah analis memprediksi harga aset kripto terbesar dunia ini berpotensi menembus angka 110.000 dollar AS atau setara Rp 1,81 miliar (kurs Rp 16.500) dalam waktu dekat.
Berdasarkan data dari Glassnode, Realized Cap Bitcoin — metrik yang mengukur nilai total BTC berdasarkan harga terakhir saat koin berpindah tangan — telah meningkat sebesar 30 miliar dollar AS sejak 20 April. Saat ini, Realized Cap mencapai 900 miliar dollar AS atau sekitar Rp 14.850 triliun, tumbuh tiga persen hanya dalam bulan Mei.
“Lonjakan Realized Cap ini menjadi sinyal bahwa arus modal masuk bukan sekadar spekulatif, tetapi juga mencerminkan pergeseran persepsi terhadap Bitcoin sebagai aset lindung nilai di tengah ketidakpastian global,” ujar Fyqieh Fachrur, analis Tokocrypto, dalam keterangan pers yang dikutip Jumat (16/5/2025).
Pola Konsolidasi Harga dan Potensi Kenaikan
Saat ini, Bitcoin bergerak dalam pola konsolidasi yang dianggap sehat, berkisar antara 100.678 dollar AS hingga 105.700 dollar AS. Jika pola ini berlanjut, BTC berpeluang menembus level psikologis 110.000 dollar AS.
“Secara teknikal, struktur harga menunjukkan pola higher high dan higher low yang kuat. Dengan indikator RSI masih di kisaran netral, ruang untuk kenaikan lanjutan masih terbuka,” tambah Fyqieh.
Sentimen Global dan Fase Pasca-Halving
Sentimen global juga memperkuat potensi reli Bitcoin. Ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan China mereda setelah penurunan tarif selama 90 hari. Sementara itu, inflasi AS turun ke level 2,3 persen pada April 2025 — terendah sejak Februari 2021 — yang meningkatkan ekspektasi penurunan suku bunga oleh The Fed.
Bitcoin juga berada dalam fase pasca-halving yang secara historis memicu tren bullish jangka panjang. Halving terakhir terjadi pada April 2024, dan banyak analis memperkirakan siklus penguatan ini akan berlangsung hingga akhir 2025.
“Dengan pengurangan pasokan, likuiditas baru dari institusi, dan faktor makroekonomi yang mendukung, ekosistem saat ini sangat kondusif untuk pertumbuhan harga Bitcoin,” jelas Fyqieh.
Sejumlah proyeksi bahkan menyebut harga Bitcoin bisa menembus 120.000 hingga 150.000 dollar AS sebelum akhir 2025, meskipun volatilitas tetap menjadi karakteristik utama pasar kripto.
Perspektif di Dalam Negeri
Di Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga mencermati tren ini dengan mempertimbangkan masukan dari industri kripto. Salah satunya adalah usulan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) untuk menjadikan Bitcoin sebagai bagian dari cadangan strategis nasional.
Kepala Eksekutif Pengawas Inovasi Teknologi Sektor Keuangan, Aset Keuangan Digital, dan Aset Kripto OJK, Hasan Fawzi, menyebut usulan tersebut sebagai bentuk inovasi, namun mengingatkan pentingnya prinsip kehati-hatian dan tata kelola dalam pengelolaan aset negara.
OJK juga mendorong eksplorasi aset digital berbasis real world asset (RWA) yang ditokenisasi sebagai alternatif. Aset seperti properti, infrastruktur, atau komoditas berbasis blockchain dinilai lebih stabil dan sesuai dengan kerangka hukum yang ada.
Imbauan untuk Investor
Investor tetap diingatkan untuk berhati-hati dan mengedepankan prinsip manajemen risiko dalam berinvestasi di pasar kripto, yang penuh potensi namun juga memiliki fluktuasi tinggi.