
JAKARTA – Harga Bitcoin melonjak menembus angka US$99.000, didorong oleh kombinasi sinyal makroekonomi positif dan meningkatnya minat institusional terhadap aset kripto ini pada Kamis (8/5) pagi.
Kenaikan harga ini mendekatkan Bitcoin ke level psikologis penting, yaitu US$100.000, yang disebut para analis sebagai titik penentu tren pasar.
“Ini bukan sekadar tonggak psikologis, melainkan sinyal bahwa keyakinan investor terhadap Bitcoin semakin kuat,” kata Rachael Lucas, Analis Kripto dari BTC Markets, seperti dikutip oleh TheBlock.
Pada pukul 01.40 pagi waktu AS Timur, harga Bitcoin tercatat sedikit turun menjadi US$98.938, namun tetap mencatatkan kenaikan 2,64% dalam 24 jam terakhir. Sebelumnya, Bitcoin sempat mencapai level tertinggi harian di angka US$99.400.
Kenaikan ini dipicu oleh berita tentang dimulainya kembali negosiasi dagang antara AS dan China pada Rabu pagi, yang memicu sentimen positif di pasar global. Min Jung, analis dari Presto Research, mengatakan bahwa langkah ini memberikan harapan terhadap penyelesaian ketegangan dagang antara dua ekonomi terbesar dunia.
Rencana pertemuan antara Menteri Keuangan AS Scott Bessent dan Perwakilan Dagang Jamieson Greer dengan pejabat China He Lifeng di Swiss akhir pekan ini menjadi sorotan utama investor. Hal ini menyusul keputusan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) untuk mempertahankan suku bunga AS, yang dipandang investor sebagai sinyal untuk tetap berada dalam mode investasi berisiko tinggi.
Presiden AS Donald Trump juga dijadwalkan memberikan pidato terkait perjanjian dagang besar pada Jumat pagi waktu setempat, dan akan mengumumkan kesepakatan dagang dengan Inggris pada hari Kamis.
Meskipun Bitcoin sempat merosot ke kisaran US$74.700 pada April akibat kebijakan tarif Presiden Trump yang memicu aksi balasan dari negara mitra dagang, mata uang digital ini menunjukkan ketahanan yang luar biasa di tengah ketidakpastian makroekonomi, memperkuat kepercayaan pasar.
Lucas dari BTC Markets menilai, jika Bitcoin mampu menembus dan bertahan di atas US$100.000 dalam beberapa sesi ke depan, kemungkinan besar harga akan kembali menguji rekor tertinggi sepanjang masa.
“Kenaikan ini tidak hanya didorong oleh sentimen investor,” ujar Lucas. “Kita juga melihat dampak dari berkurangnya pasokan pasca-halving, pembangunan infrastruktur institusional yang masif, dan minat makro yang meningkat terhadap aset yang tidak berkorelasi dengan pasar tradisional.”
Lucas juga mencatat arus masuk yang kuat ke dalam dana spot Bitcoin ETF turut memperkuat tren naik ini. Berdasarkan data dari SoSoValue, 12 dana ETF Bitcoin di AS telah mencatatkan arus masuk bersih lebih dari US$5 miliar sejak 25 April lalu.
Meski volatilitas jangka pendek dan aksi ambil untung di sekitar angka bulat seperti US$100.000 diperkirakan akan terjadi, tren jangka panjang tetap dinilai positif dan menjanjikan. (EF)