Bitcoin Rebound dari US$80.000 ke US$97.000, Momentum atau Bubble?

Jakarta, Indonesia – Dominasi Bitcoin terus melesat menjelang pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) Bank Sentral Amerika Serikat (AS) yang dijadwalkan berlangsung pada Kamis dini hari waktu Indonesia.

Dilansir dari Refinitiv, pada Rabu (7/5/2025) pukul 07:08 WIB, harga Bitcoin menguat 2,36% ke level US$96.892. Bahkan secara intraday, sempat menyentuh US$97.083.

Kenaikan ini memperpanjang tren positif sejak 8 April 2025, ketika harga Bitcoin berada di bawah US$80.000. Apresiasi harga juga diiringi oleh lonjakan Bitcoin Dominance yang kini berada di atas 65%, tertinggi sejak Januari 2021. Ini menandakan pergeseran modal dari altcoin menuju Bitcoin menjelang keputusan penting FOMC.

Pasar Kripto Menunggu Katalis Baru

Menurut Coindesk.com, analis Joel Kruger dari LMAX Group menyebut pasar kripto tengah berada dalam fase “menunggu”, dengan investor mencermati keputusan FOMC serta isu ekonomi global lainnya seperti tarif.

Sementara itu, Vetle Lunde dari K33 Research mencatat bahwa volatilitas jangka pendek Bitcoin saat ini sangat rendah. Rata-rata volatilitas 7 hari mencapai titik terendah dalam 563 hari terakhir.

Ia memperingatkan bahwa periode tenang ini biasanya diikuti oleh lonjakan volatilitas tajam, saat posisi leverage dilikuidasi dan aktivitas trading meningkat kembali. Oleh karena itu, Lunde menyarankan investor untuk mengambil posisi spot secara agresif, mengingat kondisi ini historisnya memberikan peluang beli menarik bagi investor jangka menengah hingga panjang.

“Rezim volatilitas rendah seperti ini pada BTC biasanya tidak berlangsung lama,” ujar Lunde. “Ledakan volatilitas yang tajam umumnya menyusul setelah fase stabilitas ini, karena posisi leverage dilikuidasi dan para trader kembali aktif.”

Apa Itu Bitcoin Dominance?

Bitcoin Dominance adalah indikator yang mengukur persentase nilai pasar Bitcoin dibandingkan total kapitalisasi pasar seluruh aset kripto. Angka ini menunjukkan seberapa besar dominasi Bitcoin terhadap altcoin seperti Ethereum, Solana, dan lainnya.

Jika dominasi Bitcoin meningkat, artinya investor cenderung mengalihkan dana ke Bitcoin sebagai aset yang dianggap lebih stabil, terutama saat pasar bergejolak. Sebaliknya, penurunan dominasi bisa menjadi sinyal awal dari fenomena altcoin season, yaitu ketika altcoin mulai melampaui performa Bitcoin.

Secara keseluruhan, Bitcoin Dominance adalah indikator penting untuk membaca arah pasar kripto dan digunakan oleh analis maupun trader sebagai acuan strategi investasi.

 

Related Posts

Dorongan Sentimen Positif AS-China, Bitcoin Tembus Angka US$99.000

  Harga Bitcoin mencatatkan lonjakan signifikan, menembus angka US$99.000, didorong oleh kombinasi faktor makroekonomi yang positif dan meningkatnya minat institusional terhadap aset kripto ini pada Kamis pagi, 8 Mei 2025.…

Bitcoin Tembus Angka Fantastis US$99.000: Apa yang Mendorong Lonjakan Ini?

JAKARTA – Harga Bitcoin melonjak menembus angka US$99.000, didorong oleh kombinasi sinyal makroekonomi positif dan meningkatnya minat institusional terhadap aset kripto ini pada Kamis (8/5) pagi. Kenaikan harga ini mendekatkan…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You Missed

Dorongan Sentimen Positif AS-China, Bitcoin Tembus Angka US$99.000

Dorongan Sentimen Positif AS-China, Bitcoin Tembus Angka US$99.000

Bitcoin Tembus Angka Fantastis US$99.000: Apa yang Mendorong Lonjakan Ini?

Bitcoin Tembus Angka Fantastis US$99.000: Apa yang Mendorong Lonjakan Ini?

Bitcoin Rebound dari US$80.000 ke US$97.000, Momentum atau Bubble?

Bitcoin Rebound dari US$80.000 ke US$97.000, Momentum atau Bubble?

Bitcoin dan Altcoin Mengalami Kenaikan Kecil, Didorong Oleh Sentimen Positif Global

Bitcoin dan Altcoin Mengalami Kenaikan Kecil, Didorong Oleh Sentimen Positif Global

Kebijakan Baru Rusia: Penambang Kripto Ilegal Bisa Dikenai Hukuman

Kebijakan Baru Rusia: Penambang Kripto Ilegal Bisa Dikenai Hukuman

MicroStrategy Tak Capai Target Keuangan Q1, Tapi Terus Tambah Bitcoin di Neraca

MicroStrategy Tak Capai Target Keuangan Q1, Tapi Terus Tambah Bitcoin di Neraca